Hari ini, hari yang seharusnya menjadi hari terindah dalam hidup kita.
Ya, 3 tahun yang lalu, kita mengesahkan hubungan kita dalam ikatan "sepasang kekasih".
Selama 2 tahun bersama mu, aku tau, banyak hal yang kita lalui bersama. Kisah-kisah kita yang selama ini menjadi kebanggaanku.
2 Tahun bersamamu, mungkin menjadi suatu hal yang biasa bagimu. Tapi tidak bagiku, sayang.
2 Tahun bersamamu adalah sebuah anugrah yang pernah ku dapat. Bukan sekedar anugrah biasa saat aku mendapatkan tas baru. Tapi sebuah anugrah luar biasa. Kau tau mengapa? Karena aku sangat membutuhkanmu dalam hidupku.
Tapi, sudahlah ~
Itu saat kita berdua belum mehancurkan semua kenangan manis kita itu.
Kenangan yang selama ini aku bangun dengan segenap cinta dan hatiku.
Aku tau, dari awal kita dekat, ada suatu hal yang salah antara kita berdua.
Bukan karena aku yang lebih tua 2 tahun darimu.
Tapi ini lebih kompleks dari sekedar masalah umur seorang perempuan yang lebih tua dari pasangannya.
Tepat setahun yang lalu. Saat kita mengesahkan tahun jadi kita yang kedua. Saat kau mengajakku ke rumah kedua orang tuamu.
Semua berawal baik-baik saja, bahkan orang tuamu sudah tau perbedaan umur di antara kita berdua.
Masalah mulai muncul ketika makan malam, saat kedua orang tuamu menyuruhku untuk membaca doa menurut keyakinanmu.
Aku gugup, aku takut, dan aku bingung.
Kita berbeda sayang. Kita tidak berasal dari keyakinan yang sama. Dan orang tuamu tidak tau itu.
Aku yang biasa memakai tasbih dalam setiap shalatku, sekarang di suruh membaca doa dengan membuat tanda salib terlebih dahulu.
Aku tidak bisa. Aku pemegang teguh keyakinanku.
Kedua orang tuamu, khususnya Ibumu, menatapku dalam-dalam dan aku melihat tatapan kekecewaan dari matanya. Wajah cantik Ibumu dan mata sipitnya, kini tidak secerah saat pertama kali ia mempersilahkanku masuk ke rumahmu.
Ya, aku tau. Kita memang tidak bisa bersatu.
Bukan salahmu sayang. Bukan juga salahku.
Tapi kita berdua telah salah langkah.
Tidak seharusnya kita melakukan lintas seperti ini, jika pada akhirnya tidak ada yang mau mengalah.
Perbedaan memang tidak berarti bagi kita. Tapi pernikahan yang suci adalah bagaimana kita bisa menyatukan kedua keluarga kita yang sangat berbeda ini.
Maaf. Bukan aku yang tidak mau memperjuangakan cinta kita.
Tapi aku tidak sanggup untuk melakukan hal ini.
Kita terlalu berbeda.
Sayang, kejarlah impianmu.
Gapailah semua angan-anganmu.
Percayalah, suatu saat kau akan menemukan perempuan lain yang mempunyai keyakinan sama denganmu. Perempuan yang bisa dicintai dan mencintai kedua orang tuamu.
Seperti aku yang sekarang bersama dengan seorang laki-laki pilihan Ibuku.
Laki-laki yang taqwa dan mempunyai tanggung jawab besar bagi aku dan keluargaku kelak.
Terimakasih untuk hadir dalam hidupku sayang.
Cinta akan datang karena terbiasa.
Semakin kamu terbiasa akan kehadiran sosok lain dalam hidupmu.
Percayalah, benih cinta itu akan muncul di antara kalian.
Salam manis dariku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar