Jumat, 31 Mei 2013

Hanya Untuk Kamu..

Malam itu, malam terhening yang pernah di rasakan Diandra. Perasaannya sedang tidak sebaik malam-malam sebelumnya. Udara malam yang dingin semakin membuatnya tidak nyaman. Diandra dan perasaanya sedang kacau. Dia tau, dia harus mengeluarkan semuanya. Perasaan tidak baik jika dipendam lama-lama.

Setelah berpikir panjang, Diandra pun akhirnya menuliskan semua perasaannya di sebuah buku yang selama ini memang sudah menjadi tempatnya menumpahkan segala perasaannya.

Untuk kamu.

Kamu yang memenuhi otakku selama beberapa bulan ini.
Kamu laki-laki tampan yang nyaris sempurna di mataku dan di hadapan perempuan manapun. Kamu dan kacamatamu mampu membius setiap pasang mata para kaum hawa. Ya. Sesempurna itu.

Sudah beberapa bulan ini. Aku mengagumimu. Mengagumi? Mungkin lebih. Ya begitulah.
Sudah beberapa bulan ini juga kita sering bertukar pesan. Pesan singkat yang pada awalnya hanya seputar pelajaran saja.

Mungkin rasa kagum ku ini mulai berubah seiring dengan berjalannya waktu. Aku mulai menyukaimu bahkan menyayangimu. Hah? Sayang? Semudah itu kau mampu membuatku menjadi menyayangimu?

Setelah sekian lama aku bermain-main dengan perasaanku sendiri. Setelah sekian lama hatiku kacau hanya karena mantan kekasihku yang berpaling meninggalkanku. Setelah sekian lama aku tidak pernah merasakah jatuh cinta. Kau lah yang bisa membuatku kembali pada kondisi normalku. Dimana aku harus berjuang kembali mencapai setiap cita-cita yang selama ini sudah ku rencanakan. Kau menyadarkanku apa artinya berjuang dan meninggalkan setiap cinta lama yang menyakitkan. Mungkin kau tak sadar. Tapi itu yang ku rasakan. Memang sedikit hiperbola. Tapi inilah.

Aku perempuan labil yang mulai menyayangimu ini selalu menantikan namamu di layar handphone ku. Aneh ya? Tapi inilah yang kurasakan. Setiap hari aku menunggu pesan singkat darimu. Entah itu seputar pelajaran atau apapun. Asal aku sudah melihat namamu di layar handphoneku, aku tersenyum. Sesedarhana itu.
Setiap perbuatanmu itu menggambarkan kamu yang misterius. Kamu mampu membuatku terbang tinggi ke atas sana namun kamu juga bisa membuatku jatuh sangat dalam bahkan ke inti bumi sekalipun.

Untuk mengartikan setiap sikap mu itu sangat rumit. Serumit pelajaran fisika yang mempunyai 1 rumus induk dan banyak rumus tambahan namun tidak mendapatkan hasil yang sama. Serumit teori genetika, dimana para ilmuwan harus menebak dengan teori yang ada hasil persilangan dari xx dan xy. Ya serumit itu.

Aku takut dalam mengartikan sikapmu itu. Karena bisa saja sikap manismu itu kau berikan kepada setiap perempuan yang dekat denganmu. Aku takut saat aku salah mengartikan sikapmu, aku menjadi sangat keGRan.
Aku tidak pernah tau bagaimana perasaanmu kepada perempuan lain. Khususnya perempuan itu. Aku tidak cukup berani untuk menyanyakan hal itu kepadamu. Apa hakku? Aku hanya temanmu. Tepatnya teman sekelasmu.
Tapi setiap kalian saling bertatapan, ada rasa sakit tersendiri yang sulit untuk ku deskripsikan. Mungkin hanya pengelihatanku saja. Tapi rasanya sakit.
Kalian berdua itu. Huh. Sulit untuk ku ungkapakan. Apa aku cemburu? Sekalipun aku cemburu, apa hakku? Membingungkan. Aku saja bingung, bagaimana kamu.

Aku hanya takut kehilanganmu. Memang selama ini aku tidak pernah memilikimu. Tapi aku takut kamu berpaling kepada perempuan lain. Aku takut kau hanya menganggapku sekedar teman biasa yang tidak mempunyai arti apa-apa. Aku takut suatu saat nanti kau menjadi semakin dekat dengan perempuan itu. Hanya itu. Maaf, aku tau ini bukan hakku.

Jujur dari hatiku yang terdalam, untuk saat ini aku pun tidak berharap menjadi kekasihmu karena aku tau kaupun sedang berfokus kepada cita-citamu. Aku pun sama, aku tidak mau mengecewakan kedua orang tuaku. Tapi aku hanya ingin tau apa yang sebenarnya kau rasakan kepadaku? Apa hanya sekedar teman? Atau lebih dari teman? Atau tidak lebih berharga dari perempuan itu?

Ya hanya kau yang bisa jawab. Hanya kau yang tau dan hanya kau yang merasakan kan?

Trimakasih sudah menjadi seseorang yang selama ini ada untukku. Maaf jika membuatmu sedikit risih dengan perlakuan kedua sahabatku. Maaf jika aku pernah mengusik ketenanganmu.

Aku tidak berani mengungkapkan ini secara langsung. Aku hanya bisa menumpahkannya di sini.

Semoga kita mendapatkan yang terbaik. Sukses untuk kamu.

Cinta tidak selamanya harus memiliki, kan?

Salam manis dariku Diandra Alicia.

Selesai menulis perasaannya itu. Diandra menjadi lebih tenang. Ya dia siap untuk memberikan ungkapan hatinya itu kepada laki-laki itu. Gregorius Daniel. Tidak peduli apa yang akan terjadi setelah hal itu. Yang penting Diandra tenang. Laki-laki itu sudah tau apa perasaannya.

Selasa, 07 Mei 2013

Keabadian cinta

Hai. Sudah lama kita tidak bertemu. 
Apa kabar kamu di sana?
Aku harap kau baik-baik saja.
Tapi aku yakin, pasti kau lebih baik dari keadaanku.

Aku diam-diam merindukanmu. Aku masih Anne yang dulu. Anne yang merindukanmu.

Lucu memang. Kau boleh tertawa sepuasmu jika kau membaca ini.

Kau pernah berkata, setiap pertemuan memiliki suatu makna. Dan setiap perpisahan memiliki sebuah latar belakang.
Sampai sekarang, jujur aku masih mencari tau hal itu.

Kita bertemu saat yang tidak baik bagiku, saat itu, aku baru saja patah hati karena mantan kekasihku. Kau datang dengan membawa sejuta harapan baru untukku.
Kau memang bukan tipe lelaki romantis, tapi setiap perbuatanmu itu bisa membuatku luluh seketika.
Kau spesial. Sangat spesial.
Aku yakin kau menyadari itu. Kau menyadari aku ini salah seorang yang benar-benar mengagumimu.
Saat kita bersama, kau selalu mengajariku artinya bersyukur akan hidup ini. Bersyukur dengan apa yang sudah aku miliki di dunia ini. 
Kau slalu berkata bahwa masih banyak orang yang tak seberuntung aku. Aku memiliki kedua orang tua yang mencintaiku, aku masih bisa makan makanan yang enak, aku masih bisa bersekolah dan aku masih memiliki kesehatan yang sempurna.

Kau hebat. Kau lelaki terkuat yang pernah ku temui. Kau tidak pernah mengeluh kesakitan. 

Sampai sekarang, bayanganmu masih ada di sini. Di dekatku.
Aku tidak tau sampai kapan aku harus seperti ini. Aku masih belum bisa menghapus bayanganmu. Aku masih belum terbiasa tanpa kamu.

Hatiku masih bertanya-tanya mengapa Tuhan mempertemukan kita padahal Ia memisahkan kita juga. 
Apa ini adil?
Aku menyayangimu Jo! Aku merindukanmu Jo!

Tapi apa dayaku?
Aku tidak bisa melakukan apa-apa.
Semua ini Tuhan yang siratkan.
Ia yang menciptakan dan Ia juga yang memanggil.

Setiap hari, aku berdoa kepada Tuhan. Aku berharap Ia akan memberikan cinta abadi kepadaku. Aku berharap Ia akan mengirimkan sosok lain yang bisa menyayangiku dan menjadi kepala keluargaku nanti.

Aku kembali teringat ketika kau berjanji akan melamarku di rumah orang tuaku hari itu.
Matamu itu menatapku dalam. Dan aku melihat keseriusan di matamu.
Kedua orang tuaku tersenyum bahagia menerima lamaranmu itu. Mereka tau bahwa kau adalah laki-laki terbaik yang sudah Tuhan kirim untuk menjagaku.

1 Minggu sebelum hari suci kita. Aku sudah membayangkan bagaimana Ayahku mengantarku ke altar dan menyerahkanku kepadamu. Aku sudah membayangkan bagaimana kita mengucapkan janji pernikahan yang kudus di hadapan para jemaat gereja. Aku sudah membayangkan bagaimana kita berjalan perlahan di karpet merah. Semua sudah kubayangkan. Dan semuanya sudah kita persiapkan.

Tapi, Tuhan ternyata berkehendak lain. Tepat di 1 minggu sebelum hari suci itu, penyakitmu kambuh. Dan Tuhan membawamu ke taman FirdausNya. Kau tau apa yang ku rasa?
Hancur berkeping-keping. Kita sudah dijalan yang benar. Satu langkah lagi menuju kebahagiaan. Mengapa hal ini terjadi?
Tuhan tidak adil bagiku. Apa salahku Tuhan? Mengapa Kau mengambilnya secepat itu? Aku membutuhkannya. 

Tuhan tau apa yang terbaik untuk kita. Aku selalu mengingat kata-katamu itu.

Tapi tidak semudah itu untukku.
Kedua orang tuaku, sahabatku Sesha. Mereka selalu ada mendukungku. Mereka selalu yakin bahwa aku akan mendapat pengganti yang lebih baik.

Terpuruk sangat lama. Melihat fotomu di kamarku, di layar handphone ku, di layar laptopku. Itu membuatku semakin merindukanmu.

Hingga akhirnya sekarang aku berusaha untuk kembali maju. Menyongsong masa depanku.

Aku akan merangkak sedikit demi sedikit. Aku harus maju. Tidak baik jika aku harus tetap terpuruk karena kehilangan cinta. Karena cinta itu abadi.

Sekarang namamu abadi di hatiku dan di batu nisan ini. Jovanno Eleanor.

Salam manis dariku, Anne Schwan.