Malam
itu, malam terhening yang pernah di rasakan Diandra. Perasaannya sedang tidak
sebaik malam-malam sebelumnya. Udara malam yang dingin semakin membuatnya tidak nyaman. Diandra dan perasaanya sedang kacau. Dia tau,
dia harus mengeluarkan semuanya. Perasaan tidak baik jika dipendam lama-lama.
Setelah
berpikir panjang, Diandra pun akhirnya menuliskan semua perasaannya di sebuah
buku yang selama ini memang sudah menjadi tempatnya menumpahkan segala
perasaannya.
Untuk kamu.
Kamu yang memenuhi otakku
selama beberapa bulan ini.
Kamu laki-laki tampan yang
nyaris sempurna di mataku dan di hadapan perempuan manapun. Kamu dan kacamatamu
mampu membius setiap pasang mata para kaum hawa. Ya. Sesempurna itu.
Sudah beberapa bulan ini. Aku
mengagumimu. Mengagumi? Mungkin lebih. Ya begitulah.
Sudah beberapa bulan ini
juga kita sering bertukar pesan. Pesan singkat yang pada awalnya hanya seputar
pelajaran saja.
Mungkin rasa kagum ku ini
mulai berubah seiring dengan berjalannya waktu. Aku mulai menyukaimu bahkan
menyayangimu. Hah? Sayang? Semudah itu kau mampu membuatku menjadi
menyayangimu?
Setelah sekian lama aku
bermain-main dengan perasaanku sendiri. Setelah sekian lama hatiku kacau hanya
karena mantan kekasihku yang berpaling meninggalkanku. Setelah sekian lama aku
tidak pernah merasakah jatuh cinta. Kau lah yang bisa membuatku kembali pada
kondisi normalku. Dimana aku harus berjuang kembali mencapai setiap cita-cita
yang selama ini sudah ku rencanakan. Kau menyadarkanku apa artinya berjuang dan
meninggalkan setiap cinta lama yang menyakitkan. Mungkin kau tak sadar. Tapi itu
yang ku rasakan. Memang sedikit hiperbola. Tapi inilah.
Aku perempuan labil yang
mulai menyayangimu ini selalu menantikan namamu di layar handphone ku. Aneh ya?
Tapi inilah yang kurasakan. Setiap hari aku menunggu pesan singkat darimu. Entah
itu seputar pelajaran atau apapun. Asal aku sudah melihat namamu di layar
handphoneku, aku tersenyum. Sesedarhana itu.
Setiap perbuatanmu itu
menggambarkan kamu yang misterius. Kamu mampu membuatku terbang tinggi ke atas
sana namun kamu juga bisa membuatku jatuh sangat dalam bahkan ke inti bumi
sekalipun.
Untuk mengartikan setiap
sikap mu itu sangat rumit. Serumit pelajaran fisika yang mempunyai 1 rumus
induk dan banyak rumus tambahan namun tidak mendapatkan hasil yang sama. Serumit
teori genetika, dimana para ilmuwan harus menebak dengan teori yang ada hasil
persilangan dari xx dan xy. Ya serumit itu.
Aku takut dalam mengartikan
sikapmu itu. Karena bisa saja sikap manismu itu kau berikan kepada setiap
perempuan yang dekat denganmu. Aku takut saat aku salah mengartikan sikapmu,
aku menjadi sangat keGRan.
Aku tidak pernah tau
bagaimana perasaanmu kepada perempuan lain. Khususnya perempuan itu. Aku tidak
cukup berani untuk menyanyakan hal itu kepadamu. Apa hakku? Aku hanya temanmu. Tepatnya
teman sekelasmu.
Tapi setiap kalian saling
bertatapan, ada rasa sakit tersendiri yang sulit untuk ku deskripsikan. Mungkin
hanya pengelihatanku saja. Tapi rasanya sakit.
Kalian berdua itu. Huh. Sulit
untuk ku ungkapakan. Apa aku cemburu? Sekalipun aku cemburu, apa hakku? Membingungkan.
Aku saja bingung, bagaimana kamu.
Aku hanya takut
kehilanganmu. Memang selama ini aku tidak pernah memilikimu. Tapi aku takut
kamu berpaling kepada perempuan lain. Aku takut kau hanya menganggapku sekedar
teman biasa yang tidak mempunyai arti apa-apa. Aku takut suatu saat nanti kau
menjadi semakin dekat dengan perempuan itu. Hanya itu. Maaf, aku tau ini bukan
hakku.
Jujur dari hatiku yang
terdalam, untuk saat ini aku pun tidak berharap menjadi kekasihmu karena aku
tau kaupun sedang berfokus kepada cita-citamu. Aku pun sama, aku tidak mau
mengecewakan kedua orang tuaku. Tapi aku hanya ingin tau apa yang sebenarnya
kau rasakan kepadaku? Apa hanya sekedar teman? Atau lebih dari teman? Atau tidak
lebih berharga dari perempuan itu?
Ya hanya kau yang bisa
jawab. Hanya kau yang tau dan hanya kau yang merasakan kan?
Trimakasih sudah menjadi
seseorang yang selama ini ada untukku. Maaf jika membuatmu sedikit risih dengan
perlakuan kedua sahabatku. Maaf jika aku pernah mengusik ketenanganmu.
Aku tidak berani
mengungkapkan ini secara langsung. Aku hanya bisa menumpahkannya di sini.
Semoga kita mendapatkan yang
terbaik. Sukses untuk kamu.
Cinta tidak selamanya harus
memiliki, kan?
Salam manis dariku Diandra
Alicia.
Selesai menulis perasaannya itu. Diandra menjadi lebih
tenang. Ya dia siap untuk memberikan ungkapan hatinya itu kepada laki-laki itu.
Gregorius Daniel. Tidak peduli apa yang akan terjadi setelah hal itu. Yang penting
Diandra tenang. Laki-laki itu sudah tau apa perasaannya.